Saturday 7 July 2012

Review Buku Si Badung Jadi Pengawas


Judul buku                  : Si Badung Jadi Pengawas
Pengarang                   : Enid Blyton
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman           : 254 halaman
Tahun terbit                 : Cetakan ketujuh, 2012

Ini adalah buku ketiga yang menceritakan kehidupan Elizabeth Allen di Sekolah Whyteleafe karya Enid Blyton. Sudah lama aku selesai membaca buku ini. Tapi karena selama kurang lebih 5 hari terkapar di tempat tidur tanpa bisa berpikir dengan benar (muter-muter amat bug ;p), akhirnya baru sekarang bisa kutulis reviewnya. Sekaligus akan kuupload review seri buku Mrs. Blytonyang terakhir, Ini Dia si Paling Badung. Tapi untuk halaman ini aku akan menuliskan satu buku dulu. Selamat menikmati ^^.


Buku yang satu ini memiliki 26 subjudul in it. Rata-rata seri si Badung ini seperti berisi kurang lebih duapuluhan subjudul lebih, ya. Ini dia subjudulnya: Arabella, Kembali ke Whyteleafe, Empat Orang Anak Baru, Rapat Besar, Arabella Terlibat Kesulitan, Arabella Melapor, Rapat Besar Memutuskan, Elizabeth Memasang Jebakan, Kejutan untuk Elizabeth, Pertengkaran, Muslihat Julian, Elizabeth Mendapat Malu, Rahasia Arabella, Obat Bersin, Rapat yang Mengguncangkan, Elizabeth Menghadap Rita dan William, Berhati Emas, Julian Berlaku Sangat Lucu, Julian Mendapat Guncangan Batin, Julian Berikrar, Pengakuan Martin, Martin Semakin Mengherankan, Pertandingan Sekolah dan Hal-Hal Lain, Martin Memperoleh Kesempatan, Pengalaman Elizabeth, dan subjudul yang terakhir adalah Akhir yang Membahagiakan.

Sinopsis dari buku ini yaitu, “Dalam semester ketiganya di Sekolah Whyteleafe, Elizabeth Allen bukan lagi Cewek Paling Badung di sekolah. Ia bahkan dipilih oleh anak-anak di sekolahnya menjadi Pengawas. Ia bertekad untuk menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Dan untuk beberapa saat memang demikian. Tetapi Elizabeth selalu cenderung terlibat dalam kesulitan. Dan tiba-tiba saja keruwetan demi keruwetan muncul dan bagi Elizabeth segalanya terasa begitu berat...”.

Dalam buku-buku sebelumnya, bagiku ada satu kisah permasalahan yang sangat menarik. Untuk buku pertama, yang sangat menarik adalah bagaimana sebuah sekolah peraturannya dijalankan oleh anak-anak dan sekolah—seluruh warga sekolah—selalu memberi kesempatan dan menolong anak-anak yang “bermasalah”. Lalu di buku kedua, kisah Kathleen yang menganggap dirinya gagal menjadi seorang pribadi terasa begitu menarik dimana Mrs. Blyton menceritan dengan baik bagaimana perasaan itu bisa muncul dan bagaimana cara mengatasi dan membantu orang seperti Kathleen. Di buku kedua ini juga menarik dengan pertengkaran Robert dan Elizabeth di awal yang kemudian mereka bisa bersahabat. Lagi-lagi yang membuatnya menarik adalah bagaimana seluruh warga sekolah memebri kesempatan dan mau membantu anak-anak yang “bermasalah” yang ingin berubah.

Masalah semakin kompleks seiring Elizabeth bertemu dengan lebih banyak orang. Di buku ketiga ini, Elizabeth lagi-lagi mendapat “musuh” yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Arabella, yang begitu pesolek, berpura-pura dalam sikap manisnya yang dibuat-buat (dalam arti yang tidak terlalu negatif), dan sangat tidak menyukai Sekolah Whyteleafe yang dianggapnya terlalu banyak aturan dan konyol karena peraturan dibuat oleh murid sendiri (aku tidak mengerti dengan yang satu ini).

Selain itu, Elizabeth juga bertemu dengan Rosemary yang sangat pemalu dan tidak punya pendapat sendiri, Martin yang pemurah tapi ternyata punya masalah di balik kemurahan hatinya, dan Julian si cerdas yang pemalas. Dan di buku ketiga ini diceritakan permasalah Elizabeth sebagai seorang Pengawas yang karena terlalu gegabah jabatan itu malah dicopot darinya. Di sinilah bagian menarik dari buku ketiga ini (menurutku), saat seseorang mendapat tanggung jawab dan kepercayaan untuk menjadi seorang Pengawas yang harus bisa bertindak bijaksana. Seperti kebanyakan orang, melihat orang lain menjadi sesuatu itu lebih mudah daripada merasakannya sendiri. Mungkin itu juga yang dialami Elizabeth. Melihat Nora dan Joan yang lancar-lancar saja menjadi Pengawas itu lebih mudah daripada merasakan sendiri bagaimana harus bertindak bijaksana sebagai seorang Pengawas. Tapi memang Elizabeth sudah berusaha keras menjadi Pengawas yang bertindak bijaksana. Ia mengantar anak baru ke kamarnya, memberi tahu bagaimana cara Sekolah Whyteleafe berjalan, membantu anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya, mendengarkan keluhan anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Tapi satu hal membuatnya terbelit masalah karena ia kurang bijak menangani dan terlalu cepat mengambil keputusan.

Karena kecerobohannya dengan terlalu cepat mengambil keputusan, persahabantannya dengan Julian sempat putus dan mereka malah menjadi musuh. Tapi setelah mendapat bantuan dari Ketua Murid dalam menangani masalah yang membuat mereka salah paham, persahabatan mereka kembali terjalin dan menjadi lebih manis lagi. Ini juga jadi bagian menarik dimana Elizabeth dan Julian sama-sama memaafkan satu sama lain dan saling bersahabat lagi.

Lalu ada kisah si Martin yang suka mencuri. Mencuri memang hal yang sangat buruk. Tapi anehnya, Martin tidak menggunakan hasil curiannya untuk dirinya sendiri. Ia malah membagi-bagikan hasil curiannya pada orang lain. Katanya, “Seperti  Robbin Hood.”. Di sini lagi letak menariknya. Suatu masalah yang aneh untuk Elizabeth yang telah kehilangan jabatannya sebagai Pengawas. Dan pada masalah ini, Elizabeth malah bisa bertindak bijaksana. Dan lagi-lagi, ketika masalah ini dibicarakan dalam Rapat Besar, seluruh warga sekolah memberi Martin kesempatan kedua untuk berubah dan membantunya agar bisa berubah, merubah mindsetnya tentang “Robbin Hood”.

Buku ini diakhiri dengan cerita Rapat Besar terakhir semester itu yang memutuskan memberikan kesempatan kedua pada Elizabeth menjadi Pengawas karena sikap bijaksana yang ia lakukan dalam menghadapi masalah Martin.

Dalam buku ini, sudah tidak lagi banyak diceritakan tentang kegiatan Elizabeth berkebun dan bermusik. Latihan laccrose pun jadi semakin jarang diceritakan semenjak Elizabeth menjadi Pengawas dan terbelit berbagai masalah yang lebih kompleks.

No comments:

Post a Comment