Monday 6 July 2015

"Reuni"

Dua hari yang lalu secara berturut-turut melakukan reuni, tapi dengan kelompok teman yang berbeda-beda, meskipun predikatnya sama-sama teman SMA.
Reuni pertama sebenarnya adalah pertemuan rutin dengan teman-teman yang tergabung dalam grup "Dolan is Fun". Kami mengaku sebagai orang yang tidak akan mem-PHP ajakan main. Yap, menyenangkan sekali berkumpul dengan mereka, menghabiskan waktu bersama, dan groufie.
Kemarin, kami masak bareng untuk berbuka. Pecel sayur, es buah, gurami dan lele bakar, gorengan, dan nasi. Yummie . . . Setidaknya sekarang masakannya sudah tidak seabsurd dulu : tidak lagi terlalu banyak bawang putih, tidak lagi meninggalkan amis, dan dengan rasa yang pas.
Poin yang ingin ni empunya blog sampaikan sebenarnya adalah bagaimana kami mulai lebih dekat satu sama lain. Awalnya dari permainan uno dengan reward Dare or Truth games; yang kalah memilih antara hukuman "berani" melakukan apapun yang diajukan pemenang, atau "jujur" menjawab pertanyaan yang diajukan pemenang. Dan jujur jadi "favorit". Memberi pertanyaan-pertanyaan yang bagi kami cukup "pribadi" bukan untuk konsumsi umum (walaupun ada juga yang sebenarnya sudah jadi rahasia umum :p). Dan permainan "jujur" ini berlanjut dengan cara yang lebih sederhana : putar botol (no more uno, byebye).
Dan yang paling membuat ni empunya blog terkesan adalah bagaimana cara teman-teman meletakkan pandangannya ketika menjawab pertanyaan dengan jujur (dengan berat :p). Bisa dilihat betapa perasaan mereka sedang campur aduk. Jujur membuka diri bahkan pada teman-teman kita kadang terasa berat. Tapi setelah perasaan berat dan tidak enak itu terlewati, kita jadi paham pada diri sendiri dan pada teman kita. Ada yang dengan sengaja mengalihkan pembicaraan, ada yang jujur menjawab (dan pandangan yang entah mengarah ke mana), ada juga yang dengan mudah menjawabnya. Dan semua itu sangat berkesan ketika kita melihat pandangan mata mereka. Mata adalah jendela dunia. Saat teman yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan bicara, pandangannya masih jelas tertuju pada kami para pendengarnya, tidak ada rasa sungkan yang keluar dari matanya. Tapi ada juga yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan dan pandangannya terlihat tidak fokus, seperti hendak menyembunyikan diri. Dia memandang tidak jelas ke arah mana, seperti sadar bahwa jika dia menatap mata para pendengarnya mereka akan tahu bagaimana isi hati terdalam yang tak ingin dia keluarkan. Bahkan teman yang dengan mudah menjawab jujur pertanyaan ada yang meletakkan pandangannya tidak pada para pendengarnya. Pandangan tidak fokus itu lebih terlihat seperti dia tidak ada masalah untuk jujur, hanya saja perasaan yang ditimbulkan dari kenangan yang sedang dia bicarakan itu cukup mengecewakan sehingga dia berusaha menguatkan diri, dan pandangan tidak fokus pada para pendengarnya itu memperlihatkan bahwa dia sedang bertumpu pada kekuatan dirinya.
Dan ni empunya akun merasa bahwa saat-saat seperti ini sangat membahagiakan. Ketika mereka jujur dan "memperlihatkan" diri mereka bahkan--hampir--sampai ke bagian inti diri mereka.
Terima kasih untuk momen selangkah lebih dekat ini. I love you more than before <3
Reuni yang kedua adalah reuni dengan teman-teman yang memang sudah tahu bagian dalam diri kita. Tapi emosi yang dihasilkan sedikit berbeda. Kami memang bercerita dengan senang seperti biasanya, menceritakan dan mendengar kabar masing-masing, tertawa dengan lelucon yang dilontarkan, dan mengeluarkan keluh-kesah kekhawatiran yang dialami.
Ada rasa cemburu ketika mereka menceritakan tentang teman-teman baru mereka, "Kenapa kau melakukan hal-hal itu dengan mereka juga?"
Dan rasa sedih ketika mendengar kabar mereka diterima kerja di kota lain, atau akan ada yang menikah dengan orang dari kota lain. Ada perasaan takut kehilangan mereka.
Walaupun pada saat pertama kali mendengar kabar tentang diterima kerja atau lamaran pernikahan ni empunya akun merasa sangat senang melihat mereka berjalan ke tahap kehidupan selanjutnya, tapi perasaan egois itu (cemburu dan takut kehilangan) muncul juga belakangan.
Emosi negatif yang dirasakan itu lebih karena ni empunya blog sudah memutuskan untuk menjadi diri ni empunya blog seperti yang sekarang. Dengan kata lain tak ada keinginan untuk berubah karena sudah diputuskan untuk tidak berubah. Dan pada saat seperti ini (cemburu dan takut kehilangan) keputusan itu rasanya malah mengkhianati ni empunya blog. Lalu emosi-emosi negatif lainnya datang menyerang.
I love all my friends . . . <3
Ini sudut pandang "reuni" dari seorang "pengamat" bukan "pemeran utama"

No comments:

Post a Comment