Manusia sebagai makhluk sosial hidup 
berinteraksi dan saling menguntungkan satu sama lain. Dalam berinteraksi
 dibutuhkan alat untuk dapat bertukar pikiran dan perasaan. Pertukaran 
ini kita sebut dengan komunikasi. Dalam berkomunikasi, manusia 
membutuhkan sarana yang dapat menyimbolkan pikiran dan perasaan yang 
akan disampaikan maknanya pada orang lain yaitu bahasa. Salah satu 
bentuk bahasa yang dapat digunakan adalah bicara. Bicara merupakan 
bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan 
untuk menyampaikan maksud (Hurlock jilid 1 : 176) dan makna.
            Selama tahun pertama
 dan tengah tahun kedua pascalahir, sebelum anak mempelajari kata-kata 
yang cukup untuk digunakan sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan
 empat bentuk komunikasi prabicara yaitu tangisan, celoteh, isyarat, dan
 ekspresi emosional (Hurlock jilid 1 : 177). Bicara terdiri atas 
kemampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam kombinasi yang dikenal 
sebagai kata yaitu aspek motorik bicara, dan kemampuan mengaitkan arti 
dengan kata-kata tersebut yakni aspek mental dari bicara (Hurlock jilid 
1 : 183). Anak akan mulai mempelajari tata bahasa menginjak usia 1 tahun
 dengan salah satu caranya yaitu meniru orang terdekatnya (dalam hal ini
 biasanya pengasuh atau orang tua).
            Bicara menjadi peran
 terpenting dalam berinteraksi. Seorang anak harus dapat berbicara 
sekaligus memahami makna bahasa yang digunakan agar maksud dan makna 
yang ingin disampaikan dapat dipahami lawan bicaranya. Agar anak tahu 
mengucapkan kata dengan betul dan kemudian menggabungkannya menjadi 
kalimat yang betul, maka mereka harus memiliki model bicara yang baik 
untuk ditiru (Hurlock jilid 1 : 185). Model yang ditiru mungkin adalah 
orang di sekitar lingkungan mereka misalnya ayah, ibu, saudara, atau 
pengasuh. Jika mereka kekurangan model yang baik, mereka akan sulit 
belajar bicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan mereka 
(Hurlock jilid 1 : 185). Terkait dengan model bicara bagi anak, orang 
tua adalah orang pertama yang dekat dengan anak yang diharapkan dapat 
menjadi model yang baik bagi pembelajaran bicara anak. Cara orang tua 
memandang dan mengasuh anaknya akan menjadi berpengaruh terhadap 
kemampuan bicara anak. Misalnya, anak yang dilatih secara otoriter yang 
menekankan bahwa “anak harus dilatih dan bukan didengar” akan mengalami 
hambatan belajar bicara, sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan
 dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar dan berlatih bicara 
(Hurlock jilid 1 : 187).
Kemampuan  anak  berinteraksi dengan  cara  yang  dapat  dipahami penting intinya
 untuk menjadi anggota kelompok. Dalam suatu kelompok masyarakat, peran 
anak dalam kelompok masyarakat akan kecil jika mereka belum mampu 
berbicara dengan anggota kelompok tersebut. Anak yang mampu 
berkomunikasi dengan  baik  akan  diterima  lebih  baik  oleh  kelompok  sosial  dan  mempunyai kesempatan  yang  lebih  baik  untuk  memerankan  kepemimpinannya  ketimbang  anak  yang kurang mampu berkomunikasi atau takut menggunakannya. 
Selain itu, kemampuan berbicara juga akan 
mempengaruhi penilaian sosial terhadap anak. Anak akan dinilai oleh 
anggota kelompok masyarakatnya dalam kaitannya dengan yang mereka 
katakan dan bagaimana mereka mengatakannya (Hurlock jilid 1 : 178). Hal 
ini dapat mempengaruhi penilaian diri anak. Kesan anggota kelompok 
masyarakat terhadap seorang anak akan tercermin dari perlakuan mereka 
terhadap anak. Bila kesan itu buruk, anak akan menilai dirinya sama 
dengan yang anggota kelompok masyarakatnya lakukan. Hal ini dapat 
mempengaruhi kepercayaan diri anak di depan anggota kelompok 
masyarakatnya.
 
No comments:
Post a Comment