Monday 22 June 2015

"Penikmat" dan "Penonton"

Aku muk agi arep ketawa-ketiwi ndelok polah e para "pelaku", "pelaku sekaligus komentator", dan "komentator". Mungkin kembali ke kesimpulan yg dulu aku dapat, "yang penting niatnya". Karena aku kembali memosisikan diri sebagai "penikmat" dan "penonton" yang menikmati jalannya "pertunjukkan" dan memiliki "komentar" pribadi yang tidak harus, selalu, dan ingin dibagi kepada orang lain.
Lihat saja di luar sana ada jenis orang yang memiliki niat baik dengan impian besar. Tipikalnya adalah melakukan dulu baru belajar dari kesalahan. Lalu ada jenis orang dengan niat baik dan kesempatan menambah ilmu tapi memiliki kekurangan dalam menerapkannya, isi otaknya dipenuhi kebingungan mengorganisir ilmu-ilmu dan wawasan-wawasan yang dimiliki. Lalu ada orang yang merasa cukup berilmu dan digunakan untuk memberikan pendapat tapi tidak tahu proses pelaksanaannya sehingga pendapatnya sering kali malah salah tujuan atau tidak pada pokok permasalahan. Ada  juga jenis orang yang cenderung polos, tidak punya inisiatif, patuh, dan selalu berpikiran positif yang dengan patuh dan setia melakukan tugas yang diperintahkan tapi memiliki kekurangan tidak dapat mengembangkan apa yang dikerjakan.
Dan kami para "penikmat" tertawa melihat orang-orang dari tiap jenis mengutarakan pendapat tentang suatu permasalahan. Bukan tertawa menertawakan, memandang rendah, atau mengolok-olok, bukan jenis yang seperti itu. Tapi tertawa puas karena dari sini kami menemukan satu lagi bukti betapa Tuhan menciptakan dunia dengan sangat sistematis dengan banyak kategori, klasifikasi, dan pengelompokan. Dan ketika semua subjek yang "berbeda" itu bertemu tanpa menelisik lebih dalam klasifikasi tiap subjek, yang terjadi adalah yang sering kita lihat; banyak orang bicara, banyak orang memberi pendapat, banyak orang memberi masukan, banyak orang memberi nasehat.
Dan melihat semua itu adalah salah satu kenikmatan dunia. Itulah kenapa kemudian para "penikmat" dan "penonton" tertawa. Kami merasa puas dengan "pertunjukan" yang disuguhkan, sekaligus kami mendapat tambahan wawasan baru tentang pola kehidupan di dunia.
Tapi kami, para "penikmat" dan "penonton", mengacungkan jempol salut pada semua orang yang hidup dengan dasar niat membangun dan memajukan kehidupan bersama ke arah yang lebih baik.
Dan dalam aktivitas menonton dan menikamti, kami para "penikmat" dan "penonton" memiliki kode etik tersendiri. Yang utama adalah saat menonton dan menikmati jalannya "pertunjukan" kami harus mengosongkan pikiran dari segala jenis prasangka. Kami menonton dengan tenang sampai "pertunjukan" selesai. "Komentar" yang kami miliki berkenaan dengan "pertunjukan" yang sedang berlangsung harus disaring sedemikian rupa jika ingin dibagi pada orang lain. Penyaringan dilakukan setelah melihat kondisi, latar belakang, dan karakteristik subjek yang melakukan "pertunjukan" dan subjek yang dibagi komentar. Dan yang paling sulit adalah tidak menghubungkan "pertunjukan" dengan pengalaman pribadi dalam "komentar". Itulah kenapa "komentar" tidak harus, selalu, dan ingin dibagi.
Baiklah, mungkin banyak dari kalian yang bingung dengan maksud postingan ini. Postingan ini hanya ingin menggambarkan bagaimana cara ni empunya blog melihat dunia dan memosisikan diri di dunia. Peran sebagai "penikmat" dan "penonton", bukan sebagai "pelaku" ataupun "komentator".

No comments:

Post a Comment