Sunday 14 June 2015

"Semesta Mendukung"

Dua minggu sudah berlalu sejak ni empunya blog ingin menuliskan pengalaman menarik tentang beberapa kegiatan dan apa yang dirasakan dari kegiatan tersebut.

Sebenarnya ni empunya akun punya proyek pribadi tentang bagaimana merasakan kehidupan sebagai manusia. Diawali dari sebuah kesadaran bahwa selama ini hidup terasa hambar karena tidak berfokus apa yang terasa saat melakukan sesuatu. Hidup terasa hambar ketika yang menjadi fokus adalah bagaimana melakukannya dengan baik dan sempurna dan tepat waktu sesuai rencana dan membuahkan hasil. Lalu tercetuslah untuk melakukan projek "Keluar dari Kehidupan Zombie". Projek ini dilakukan dengan memfokuskan kesadaran pada apa yang sedang terkadi sekarang. Lebih tepatnya ni empunya blog memfokuskan bagaimana rasa dari setiap kegiatan yang dilakukan.

Walaupun proyek ini digagas sejak awal tahun, tapi ni empunya blog berpikir akan mulai menceritakan "pengalaman rasa" mulai dari yang baru-baru ini terjadi. 

Masih segar di ingatan tentang kegiatan di Taman Baca Ahad dua minggu lagu. BBM masuk dari mbak Novi yang meminta tolong menjadi relawan di acara donasi buku. Mbak Novi selalu memberi kesempatan bagi ni empunya blog untuk mendapat lebih banyak pengalaman, jadi kenapa tidak. Ni empunya blog serta merta menjawab ya besok akan datang. Dan benar saja, setelah acara donasi buku itu selesai, ada banyak motivasi terkumpul dalam jiwa untuk bisa melakukan kegiatan untuk taman baca di rumah. Bertemu teman baru, mbak Dila. Dari cerita-cerita mbak Dila tentang taman baca-taman baca diberi donasi dan bagaimana menyortir buku-buku untuk donasi, ni empunya blog merasakan sensasi nyata seperti sebuah kesadaran yang benar-benar terasa hidup bahwa semua yang kita lakukan pasti akan berkembang dengan baik. Taman baca didirikan dengan maksud menumbuhkan minat baca masyarakat, terutama sasaran di rumah kami adalah anak-anak, selain berkegiatan bersama dengan anak-anak. 

Perasaan itu; suatu kesadaran bahwa semua ini bisa menjadi nyata, bahwa dengan kegiatan-kegiatan kecil yang kami lakukan akan membuat kami makin dekat satu sama lain sekaligus dapat menumbuhkan kecintaan pada membaca, perasaan seperti ini membuat ni empunya blog merasa lebih hidup. Kita hidup bersama di dunia, berkegiatan bersama untuk satu tujuan bersama. Dan yang paling kusuka dari gagasan ini adalah bahwa kami tak perlu jauh-jauh melakukan kegiatan ini di desa lain, kami bisa melakukannya di desa kami sendiri. Tak perlu memikirkan dan merancang keunikan dari kegiatan di taman baca kami, cukup melakukannya terus menerus dan semuanya akan berkembang dengan sendirinya. Aku mencintai mereka dan aku ingin memiliki kegiatan yang dilakukan bersama mereka. Sepertinya, itu adalah poin penting dari semua ini, rasa cinta.

Setelah dari acara donasi buku di taman baca tersebut, ni empunya blog menceritakan pengalaman dan kesan terinsprirasi dan termotivasinya dengan teman-teman muda-mudi di rumah, langsung pada malam di hari yang sama dengan acara donasi buku tersebut. Di sini ni empunya akun kembali merasa hidup; tak perlu ditunda, langsung ekspresikan semua yang terpikirkan dan terasa saat itu juga, tak perlu diprioriti apakah mengerjakan skripsi lebih dulu atau membaca perasaan termotivasi dan terinspirasi ini dulu. Dan teman-teman muda-mudi di rumah menyambut dengan baik. Mereka datang ke basecamp muda-mudi kami saat ni empunya akun memanggil. Kami membicarakan pengalaman dua tahun terakhir dengan taman baca kecil kami dan kegiatan muda-mudi secara keseluruhan. Dan mereka siap membantu untuk terwujudnya kegiatan-kegiatan bersama anak-anak. Malahan ada salah satu dari mereka yang memberi sumbangan uang untuk dibelikan hadiah untuk acara lomba menulis yang dia ususlkan. Juga bagaimana dia memberitahukan keberadaan taman baca kami pada salah satu donatur buku. Betapa senangnya, sangat bersemangat. Rasanya seperti "semesta mendukung"(?)

Sebelum hari H pertemuan dengan donatur buku yang baru, kami menyiapkan segalanya. Hari pertemuan ini sekaligus menjadi hari event lomba menulis dilakukan. Membuat stempel yang dari dulu belum juga terlaksana, menempelkan no induk buku yang dari dulu juga belum sempat ditempel, menata kembali buku-buku di rak, membeli hadiah untuk anak-anak yang ikut lomba menulis. Hari itu benar-benar hari sibuk, sangat menggairahkan. Walaupun begitu, ketika sampai pada hari pembuatan stempel, duduk di konter pembuat stempel menunggu stempel selesai dibuat, ada satu perasaan terselip. Tiba-tiba ni empunya akun merasakan kesepian itu lagi. Cukup besar, "Been doing it alone. Even they support me. What's for it all? Am i doing right?" Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di kepala. Terlihat jelas bahwa yang sangat gembira dengan semua rencana ini adalah ni empunya blog. Rasanya seperti bahagia sendiri, senang sendiri, excited sendiri, bersemangat sendiri. Ni empunya blog tidak tahu apakah teman-teman yang lain sebersemangat ni empunya blog. Dari situ perasaan kesepian datang.

Mengantri di bank untuk mengambil uang karena ATM diblokir dan belum diurus (sendiri, check). Pergi ke pembuat stempel (sendiri, check). Ke toko buku membeli hadiah untuk lomba (sendiri, check). Mampir makan siang lalu terhambat hujan deras selama setengan jam di mall (sendiri, check). Ke perpustakaan untuk menemui teman mengambil buku donasi (sendiri, check). Rasanya badan lelah, pikiran kesepian, dan pada saat itu ni empunya blog benar-benar butuh sebuah dekapan hangat dan usapan di kepala yang mengatakan bahwa yang dilakukan sudah benar, tidak apa-apa. Dan semua itu terobati saat bertemu mbak Novi di perpustakaan, setelah kami ngobrol banyak tentang rencana-rencana ke depan untuk taman baca kami.

Itu kali pertama ni empunya blog MERASAKAN kesepian itu dan bukan malah MENGHINDARInya DENY IT. Itu kali pertama kesepian diresapi sebagai suatu rasa perjuangan. Itu kali pertama kesepian diresapi sebagai suatu bentuk kehidupan. Aku merasa kesepian karena aku hidup, aku hidup sehingga aku bisa merasakan kesepian.

Malam hari di hari yang sama, setelah pulang dari kota untuk melakukan semua persiapan itu, ni empunya blog menghubungi teman-teman untuk membantu acara esok hari pertemuan dengan donatur sekaligus lomba menulis untuk anak. Dan mereka datang. Itu membahagiakan. Karena jujur saja, ni empunya blog merasa sangat-sangat jengkel hingga bisa mengeluh dan ngrasani orang ketika dihadapkan dengan orang-orang yang "maaf, aku tidak bisa datang, ada tugas sekolah yang harus kukerjakan, ada pekerjaan yang harus kukerjakan". Jujur saja, ni empunya blog  merasa dikhianati dengan semua excuses itu. Tapi hari itu tidak. Semua yang dimintai datang benar-benar datang. Rasanya benar-benar seperti semesta mendukung. Lalu pada hari H, dan semua berjalan lancar. 

Ada satu bentuk kepuasan dalam diri. Dan secara pribadi, kepuasan semacam itulah yang membuat ni empunya blog melakukan semua itu. Pengendalian diri dari pikiran-pikiran negatif dan pesimis menjadi salah satu yang paling memuaskan. Benar, juga sangat melelahkan. Dan yang paling menguras tenaga hingga membuat sangat kelaparan.

No comments:

Post a Comment