Saturday 28 April 2012

Tiga Gaya Asuh dan Efeknya pada Kehidupan Sosial Anak

Tiga Gaya Asuh dan Efeknya pada Kehidupan Sosial Anak
Ditulis oleh                  : Birgitte Coste
Diterjemahkan oleh     : Wening Sekar Satiti / PG-PAUD / April 2012

Dimulai dari penelitian pada tahun 1960, ditemukan tiga gaya asuh untuk membantu kita memahami dan menjelaskan kebiasaan dan perkembangan anak.
Hasil observasi mengenai dampak dari pengasuhan orang tua terhadap perkembangan anak menarik perhatian banyak peneliti dan sosiolog selama bertahun-tahun. Diane Baumrindlah yang mula-mula menjelaskan tentang gaya asuh dan efek dari tiap gaya asuh terhadap kebiasaan, kemampuan sosial, dan kematangan atau kedewasaan anak.

Teori yang dikemukakan Baumrind didasarkan pada dua elemen penting. Elemen pertama adalah tingkat respon orang tua terhadap anaknya yang meliputi kehangatan, penuh dukungan, dan penerimaan. Elemen kedua yang dimaksud Baumrind adalah tuntutan orang tua terhadap anak, yang meliputi strategi-strategi mendisiplinkan anak dan metode-metode mengontrol kebiasaan anak. Tugas orang tua adalah untuk mempengaruhi, mengajari, dan mengarahkan anak-anak agar merasa aman, bahagia, dan menjadi orang yang mandiri. Gaya komunikasi, harapan orang tua terhadap anak, dan teknik mengasuh anak bisa saja menolong atau malah menghalangi anak menjadi pribadi yang bahagia dan mandiri.
Tentunya, dalam mengategorikan gaya asuh yang lebih spesifik dan memprediksi hasil dari gaya asuh tersebut tidaklah mutlak karena beberapa orang tua dalam pengasuhannya mungkin saja menggunakan gabungan dari beberapa gaya asuh, tidak mutlak dengan hanya satu gaya asuh. Kebanyakan orang menggunakan perpaduan teknik karena kedua orang tua mungkin saja memiliki perbedaan prinsip dan filosofi dalam membesarkan anak. Kepribadian individu, lingkungan sosial, dan kehadiran figur lain dalam kehidupan anak tidak dapat diabaikan ketika sedang menaksir efek gaya asuh pada perkembangan anak. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa terkadang anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sama memiliki banyak perbedaan, sementara itu terkadang anak-anak yang dibesarkan dari keluarga yang berbeda bahkan berlawanan malah memiliki persamaan bila dicocokkan dengan teori Baumrind tentang kematangan atau kedewasaan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Teori yang dikemukakan Baumrind memberikan pedoman untuk orang tua dalam mengidentifikasi teknik-teknik asuh yang bermakna dan mengenali hal-hal yang perlu diubah dari sebuah gaya asuh, tapi hal ini tidak berarti mutlak harus dipraktekkan sama persis. Teori yang dikemukakan Baumrind ini seharusnya hanya digunakan sebagai pedoman saja. Setiap orang tua perlu menentukan kebutuhan-kebutuhan anak mereka dan memenuhinya dengan efektif, fokus pada pribadi anak secara individu, dan menggunakan konsep gaya asuh sebagai alat untuk membantu anaknya menjadi pribadi yang kuat, bahagia, dan sehat.

1.        Otoriter
Gaya ini didefinisikan sebagai gaya asuh orang tua dengan tuntutan yang tinggi sementara respon terhadap anak rendah. Orang tua memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya dan memberikan sedikit toleransi pada perkembangan individu, kreativitas, atau keinginan anak. Orang tua membentuk, mengontrol, dan menghakimi perilaku anak berdasarkan sebuah standar mutlak dan menuntut anak untuk memenuhi peraturan-peraturan yang dibuat orang tua dengan patuh tanpa bertanya mengapa. Tradisi dan perintah yang kaku adalah nilai yang harus dilaksanakan, dan tidak dapat ditolerir  jika gagal melaksanakan peraturan yang telah dibuat. Kebiasaan dan perilaku dikontrol dengan hukuman. Orang tua yang otoriter memiliki pandangan jika sesuatu tidak benar maka hal itu salah, dan anak-anak mereka dinilai berdasarkan hal tersebut. Tidak ada tolerir terhadap suatu tindakan. Orang tua yang otoriter tidak memberi ruang diskusi bagi anak mereka, bahkan tidak ada komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Kebijakan-kebijakan yang dibuat orang tua tidak disampaikan maksudnya pada anak karena orang tua merasa tidak perlu menjelaskan sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan anak tanpa pengecualian. Hal inilah yang menjadi tuntutan orang tua otoriter terhadap anaknya. Tujuannya adalah agar anak mereka dapat berperilaku layaknya orang dewasa, memiliki tanggung jawab sebagai wujud dari kematangan pribadi, dan memenuhi tuntutan-tuntutan yang diberikan untuk anak.
Anak dibesarkan dalam suasana kaku dan keras. Suasana rumah keluarga otoriter seringkali muram dan penuh rasa khawatir. Anak akan memiliki rasa rendah diri karena mereka tidak dapat menikmati hidup seperti yang mereka harapkan, dan biasanya tidak terbiasa dengan perilaku-perilalu yang  menyimpang. Karena biasanya keputusan diambil oleh orang tua, anak cenderung tidak dapat berpikir mandiri, tidak dapat bersaing, dan tidak memiliki keinginan untuk mencoba hal baru. Mereka cenderung tidak dapat menangani rasa frustasi dan sulit menyelesaikan masalah atau tantangan yang dihadapi. Biasanya, anak dari keluarga otoriter menjadi penurut karena takut pada hukuman dan perilaku mereka didasarkan pada motivasi dari luar diri.

2.        Permisif
Gaya ini didefinisikan sebagai gaya asuh orang tua dengan tuntutan yang rendah sementara respon terhadap anak tinggi. Orang tua sangat ramah dan baik serta merespon dengan baik keinginan anak dan memiliki sedikit tuntutan terhadap anaknya. Orang tua menggunakan alasan, manipulasi, dan suap untuk mengontrol anaknya. Orang tua lebih ingin menjadi teman anaknya daripada menjadi seorang figur yang berkuasa atas anaknya. Orang tua percaya bahwa anak harus diperlakukan sama dan diberikan kebebasan; bagaimanapun juga, orang tua tidak mengharapkan anaknya untuk berperilaku layaknya orang dewasa. Hal ini akan menimbulkan sikap egois pada diri anak dimana fokus kehidupan hanya pada diri si anak tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain di sekitarnya. Peraturan-peraturan yang sifatnya kaku dianggap membatasi perkembangan anak. Orang tua melibatkan anak dalam proses diskusi yang mana segala kebijakan yang dibuat didiskusikan bersama dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Orang tua yang permisif biasanya takut pada konfrontasi sehingga disiplin jarang ditegakkan. Orang tua memiliki sedikit tuntutan dan sangat menerima keinginan anak mereka dan mendorong anak mereka mengambil tiap kesempatan yang didapat untuk bisa mencapai keinginan anak.
Sayangnya, kebebasan mutlak yang diberikan kepada anak biasanya malah menghasilkan kegelisahan pada anak karena ketidaktegasan orang tua. Anak tidak tahu apa yang seharusnya mereka percaya dan biasanya melakukan sesuatu tanpa pikir panjang karena mereka tahu orang tua mereka akan melakukan apa saja untuk menghindari konflik. Anak yang dibesarkan dalam keluarga permisif cenderung bertindak sesuai kata hati, membangkang, biasanya cenderung banyak tingkah, bahkan terkadang menjadi sosok yang sulit diatur. Karena anak dalam keluarga permisif diperlakukan sama, anak akan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, tapi kemungkinan menunjukkan pengaturan emosi yang buruk dan cenderung mudah menyerah saat menghadapi tantangan.

3.        Autoritatif
Gaya asuh ini sebenarnya adalah perpaduan dari dua gaya asuh sebelumnya. Gaya ini didefinisikan sebagai gaya asuh orang tua dengan tuntutan dan respon terhadap anak seimbang. Orang tua cenderung suportif daripada punitif; bagaimanapun juga, orang tua memiliki standar yang jelas terhadap tuntutan perilaku anak. Orang tua yang autoritatif akan “mengarahkan” ketimbang “mengontrol” dan berusaha menerima kepribadian dan ketertarikan tiap anak. Orang tua memberikan alasan terhadap peraturan yang dibuat dan memperbolehkan timbal-balik, memdengarkan dan menghargai sudut pandang anak. Anak diberikan kebebasan untuk bicara, dengan  keputusan terakhir yang diambil didiskusikan dan diketahui oleh orang tua yang memiliki wewenang terhadap anaknya. Hukuman tidak selalu digunakan untuk mencegah munculnya perilaku buruk. Anak didorong untuk mengembangkan potensi mereka dan dilatih membuat keputusan sendiri.
     Diana Baumrind adalah orang yang sangat menganjurkan gaya asuh autoritatif. Baumrind percaya bahwa perhatian yang positif, peraturan-peraturan yang adil, dan kehangatan lingkungan serta penerimaan akan menghasilkan kebahagiaan, adaptasi yang baik, kepercayaan diri, berkemampuan, dan memiliki tujuan hidup. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga autoritatif memiliki perkembangan kemampuan sosial yang baik, dapat bekerja keras, dan dapat berpikir kreatif serta mandiri.
     Ketiga gaya asuh yang dikenalkan oleh Baumrind membantu orang tua dalam mengevaluasi teknik mengasuh dan mengembangkan strategi positif mereka sehingga orang tua dapat secara efektif membesarkan anak-anak yang bahagia, tumbuh dalam rasa aman, bertanggung jawab, dan menjadi pribadi yang mandiri.

No comments:

Post a Comment